Bendera China dan Taiwan yang dicetak terlihat dalam ilustrasi yang diambil pada 28 April 2022. (Reuters/Dado Ruvic/Illustration)
JAKARTA, Jurnas.com - Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, militer China belajar dari invasi Rusia ke Ukraina bahwa setiap serangan terhadap Taiwan harus cepat berhasil, tetapi tetapi Selat Taiwan akan menyulitkan upaya itu.
Kemungkinan dampak perang terhadap pemikiran militer China di Taiwan dan bagaimana China dapat menyerang pulau itu, yang dilihat Beijing sebagai wilayah China yang berdaulat, telah diperdebatkan secara luas di lingkungan resmi di Taipei.
Menteri Pertahanan Taiwan, Chiu Kuo-cheng mengatakan militer China akan mengambil catatan dari invasi Rusia ke Ukraina, yang dimulai satu tahun lalu dengan Rusia gagal merebut Kyiv pada hari-hari pembukaan perang.
"Perang Rusia-Ukraina telah membawa pelajaran besar bagi mereka - mereka pasti akan mencari kecepatan," kata Chiu kepada wartawan di sela-sela parlemen di Taipei, mengacu pada militer China.
Dia mengatakan, bahkan jika pasukan China merencanakan serangan cepat, mereka akan menghadapi kesulitan mencoba merebut pulau itu secara tiba-tiba karena mereka harus menyeberangi Selat Taiwan yang memisahkan keduanya.
Ukraina Ditekan Negara Lain untuk Hapus Daftar Perusahaan Asal Suku Cadang Senjata Rusia
"Mereka masih harus mengatasi ini," kata Chiu. "Itu tidak akan secepat satu atau dua minggu."
China tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya dan terus meningkatkan patroli militer hampir setiap hari di dekat pulau itu.
"Saya sudah mengatakannya sebelumnya - begitu senjata berbunyi kami akan terus berjuang sampai akhir. Tapi kami sama sekali tidak akan memprovokasi."
Pemerintah Taiwan yang terpilih secara demokratis mengatakan hanya rakyat Taiwan yang berhak menentukan masa depan mereka.
Sementara Ukraina telah memenangkan dukungan publik yang luas di Taiwan, dan pemerintah Taiwan telah mengirimkan bantuan kemanusiaan, China menolak untuk mengutuk Rusia.
Kedua negara mengumumkan kemitraan "tanpa batas" tak lama sebelum Rusia meluncurkan apa yang disebutnya "operasi militer khusus" pada 24 Februari tahun lalu.
China telah mengatakan bahwa itu adalah "standar ganda telanjang" untuk mencampuradukkan masalah Taiwan dan Ukraina karena pulau itu selalu menjadi bagian dari China dan sepenuhnya merupakan masalah domestik.
"Taiwan akan terus mendukung Ukraina dengan tegas," tulis presiden pulau itu, Tsai Ing-wen, di halaman Facebook-nya pada hari Jumat, untuk menandai peringatan pertama invasi tersebut.
"Saya percaya bahwa ketika orang yang mencintai demokrasi bersatu, demokrasi dan kebebasan akan menang."
Sumber: Reuters
KEYWORD :Perang Rusia Ukraina Konflik China Taiwan Chiu Kuo-cheng